Selasa, 14 Januari 2014

Masa Depanku

By on 09.02
Masa  depan  saya anggap  sebagai  pengalaman  yang  selama  ini saya dapatkan, dari mana saya di ajarkan untuk  terus  bekerja keras  melihat  perihnya  perjuangan ibuku yang di rudung musibah di tinggalnya ayah pada usiaku baru nyampai  bulan ke dua dan menghidupi lima orang anak yang masih berusia remaja.

Berbudi tinggi dasar belajar di pondok salafiyah dulu semasa Smp sampai kelas satu Sma dulu pak kyai  sering berkata bahwa  semua di dunia ini  hanya berlangsung sementara, tidak boleh ada yang di banggakan. Bila di hina juga tidak boleh larut dalam kekecewaan dan bila di puji tidak boleh larut dalam  kebahagiaan. Petuah itu yang mendasari sikap dan perilakuku untuk menjadi  orang yang berkalhak mulia kepada semua dengan saling menghargai kelebihan dan kekurngan yang ada sebagaimana melihat sikon dan kondisinya untuk memberi  dan menasehati.


Menjadi  seorang  guru yang  mendidik dan bisa memimpin semenjak saya dulu masuk ke Pondok Modern Darussalam Gontor, dimana saya di sana banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang berharga dan tidak ada duanya dengan system pendidikanya penuh dengan falsafah kehidupan untuk terus melakukan perubahan pada kebaikan untuk sebuah peradaban baru.

Dengan spirit ruh pendidikan Gontor adalah pemaksaan, penugasan, pelatihan, pembelajaran, pengawalan dan pembiasaan ini mampu menjadi karakter yang idealis dengan bentuk sebagaimana yang dia harapkan ketika masuk dan menjalani kehidupan dipondok adanya kebebasan untuk menentukan masa depan dimana ladang untuk menggali bakat sudah tersedia untuk di tekuni dan amalkan keseharianya selama menempuh pendidikan di  Gontor.

Dengan moto Berbudi tinggi, Berbadan sehat, berpengetahuan luas dan Berpikiran bebas saya yakin mampu menjadi  pemimpin yang sempurna. Dengan gagasan ruh kehidupan  itu saya tau bagaimana seharusnya menjadi pemimpin untuk diri sendiri ini contoh bagi orang lain.

Hidup pluralitas menghargai  pendapat orang lain dan membenarkanya bila ada suatu kesalahan, hidup sehat dengan senantiasa  berfikir  kesehatanku untuk masa depan umat dan  kembalinya kepadakau, dengan ketidak puas untuk terus mencari  tau apa yang harus dilakukan untuk sebuah perubahan  kedepanya lebih baik lagi sebagaimana falsafah hidupnya  “hidup sekali hiduplah yang berarti”  dan kebebasan untuk mengamalkan ilmu yang telah di dapat selama menempuh pendidikan di sana.

Dan inilah yang menjadi pedoman hidupku selama ini dan seterusnya “menjadi manusia yang bermanfaat  bagi  sesama”.

1 komentar:

  1. di tambah lagi, jadi ulama yang intelek bukan intelek yg tahu agama plus berkorban tapi jangan jadi korban

    BalasHapus