Masa depan saya
anggap sebagai pengalaman yang selama
ini saya dapatkan, dari mana saya di
ajarkan untuk terus bekerja keras melihat perihnya perjuangan ibuku yang di rudung musibah di
tinggalnya ayah pada usiaku baru nyampai
bulan ke dua dan menghidupi lima
orang anak yang masih berusia remaja.
Berbudi
tinggi dasar belajar di pondok salafiyah dulu semasa Smp sampai kelas satu Sma
dulu pak kyai sering berkata bahwa semua di dunia ini hanya berlangsung sementara, tidak boleh ada yang
di banggakan. Bila di hina juga tidak boleh larut dalam kekecewaan dan bila di
puji tidak boleh larut dalam
kebahagiaan. Petuah itu yang mendasari sikap dan perilakuku untuk
menjadi orang yang berkalhak mulia
kepada semua dengan saling menghargai kelebihan dan kekurngan yang ada
sebagaimana melihat sikon dan kondisinya
untuk memberi dan menasehati.
Menjadi seorang guru yang mendidik dan bisa memimpin semenjak saya dulu masuk ke Pondok Modern Darussalam Gontor, dimana saya di sana banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang berharga dan tidak ada duanya dengan system pendidikanya penuh dengan falsafah kehidupan untuk terus melakukan perubahan pada kebaikan untuk sebuah peradaban baru.
Dengan
spirit ruh pendidikan Gontor adalah pemaksaan, penugasan, pelatihan, pembelajaran, pengawalan dan pembiasaan ini mampu menjadi karakter yang idealis
dengan bentuk sebagaimana yang dia harapkan ketika masuk dan menjalani
kehidupan dipondok adanya kebebasan untuk menentukan masa depan dimana ladang
untuk menggali bakat sudah tersedia untuk di tekuni dan amalkan keseharianya
selama menempuh pendidikan di Gontor.
Dengan moto
Berbudi tinggi, Berbadan sehat, berpengetahuan luas dan Berpikiran bebas saya yakin
mampu menjadi pemimpin yang sempurna. Dengan
gagasan ruh kehidupan itu saya tau
bagaimana seharusnya menjadi pemimpin untuk diri sendiri ini contoh bagi orang
lain.
Hidup
pluralitas menghargai pendapat orang
lain dan membenarkanya bila ada suatu kesalahan, hidup sehat dengan
senantiasa berfikir kesehatanku untuk masa depan umat dan kembalinya kepadakau, dengan ketidak puas
untuk terus mencari tau apa yang harus
dilakukan untuk sebuah perubahan
kedepanya lebih baik lagi sebagaimana falsafah hidupnya “hidup sekali hiduplah yang berarti” dan kebebasan untuk mengamalkan ilmu yang
telah di dapat selama menempuh pendidikan di sana.
Dan inilah yang menjadi pedoman hidupku selama ini dan seterusnya “menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama”.
di tambah lagi, jadi ulama yang intelek bukan intelek yg tahu agama plus berkorban tapi jangan jadi korban
BalasHapus