KH Imam Zarkasyi
![Akhlak](http://majalahgontor.net/wp-content/uploads/2014/09/KH-Imam-Zarkasyi.jpg)
Namun secara historis, tidak ada satu bangsa yang benar-benar asli
dan murni. Artinya, mereka bercampur satu sama lainnya. Saat ini sangat
sulit untuk menemui bangsa yang dihuni ras atau suku tertentu saja.
Secara faktual, bangsa-bangsa itu telah tercampur, ada beberapa bangsa
bersatu dalam suatu pemerintahan. Jadi, pengertian Tanah Air, negara,
dan bangsa telah melebur menjadi satu, yang kemudian kita kenal dengan
istilah nation.
Ada yang mengatakan bahwa bangsa (nation) itu sangat terkait
dengan bahasa. Artinya, tiap-tiap kelompok manusia menggunakan bahasa
yang sama. Mereka itulah yang dinamakan bangsa (nation). Secara
historis, pendapat ini bisa dibilang kurang tepat. Karena banyak
kelompok-kelompok manusia yang mempunya bahasa yang sama, tetapi mereka
bertentangan dan berperang satu sama lain.
Dalam sejarah kemerdekaan Amerika, kita melihat orang Amerika dan
Inggris yang keduanya berbahasa sama ternyata juga saling berperang.
Sebaliknya di Swiss, satu negeri kecil, di sana digunakan banyak bahasa:
ada bahasa Prancis, bahasa Jerman, dan bahasa Italia. Namun, mereka
mampu membentuk satu bangsa yang sempurna. Jadi, kurang tepat juga orang
yang mengatakan bahwa bangsa itu terkait dengan bahasa.
Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa bangsa itu terkait dengan
agama. Dalam artian, kelompok-kelompok manusia yang beragama sama
merupakan entitas suatu bangsa (nation). Sekali lagi, secara
historis, pendapat ini tidak betul. Orang Kristen berperang dengan orang
Kristen. Kenyataan ini banyak terjadi di Eropa.
Demikian pula dengan orang Islam. Kita melihat pada perang besar
pertama, orang Arab berperang dengan orang Turki. Padahal, mereka
sama-sama beragama Islam. Bahkan, mereka sama-sama dari Kerajaan Turki.
Jadi, agama bukanlah bangsa. Inilah yang sering menjadi pertentangan.
Kalau kita tidak paham betul, sedikit atau banyak, akan merugikan
perjuangan kita.
Konsep tentang kebangsaan ini sebenarnya sudah lama dibahas para
ilmuwan. Peristiwa-peristiwa sejarah diperhatikan betul agar kita dapat
mengambil pelajaran dari sejarah. Kemudian, lahirlah teori idealis yang
abstrak, penuh makna, tidak dapat kita lihat di alam kebendaan, tetapi
mampu membentuk pemikiran dan kejiwaan kita.
Pada tahun 1882, Ernest Renan, seorang ilmuwan dari Prancis,
mengatakan bahwa suatu bangsa itu bukan suatu potong tanah, satu bagian
dari dunia, bukan suatu ras atau suku dengan ciri-ciri yang unik, bukan
bahasa, dan bukan pula agama, tetapi suatu keinsafan atau kemauan untuk
hidup bersama.
Jadi, bangsa itu dibangun oleh kelompok-kelompok manusia yang ingin
hidup bersama di dalam kemakmuran dan kesempurnaan, baik jasmani maupun
rohani. Mereka itulah yang kemudian disebut sebagai bangsa atau nation. Tentu, ada banyak syarat-syaratnya, termasuk bahasa, tempat (tanah), adat kebiasaan, pemerintahan, dan lain sebagainya.
Namun yang paling penting adalah kemauan untuk hidup bersama. Kemauan
untuk hidup bersama ini dapat bertambah kuat kalau ada pengalaman atau
sejarah yang sudah dialami bersama. Sederhananya, mereka memiliki
persamaan nasib. Inilah yang terjadi di negeri kita. Misalnya, Sulawesi,
Sumatera, Aceh, semua mempunyai kenang-kenangan yang sama, yaitu
berjuang untuk mengusir penjajah. Kemudian, lahirlah bangsa Indonesia.
Kalau kita pandang sepintas lalu, kelihatannya tidak ada hubungan
sama sekali antara konsep kebangsaan dengan akhlak. Namun, paham baru
ini banyak mempengaruhi pemikiran dan perasaan kita sebagai manusia.
Tentu kita harus menyadari kenyataan ini. Karena itu, saya kira perlu
untuk disampaikan dan direnungkan bersama-sama.
0 komentar:
Posting Komentar