KH Syamsul Hadi Abdan SAg
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor
![Jujur Dalam Mengoreksi Jawaban Ujian](http://majalahgontor.net/wp-content/uploads/2014/09/samsul.jpg)
Mungkin ada yang merasa bahwa mengkoreksi itu membosankan. Namun itu
adalah tanggung jawab seorang guru. Selain mengajar, guru juga harus
mengoreksi, karena itu terkait erat dengan mengajar. Bertanya, menguji,
dan mengkoreksi merupakan tanggung jawab seorang guru. Dengan begitu
guru akan tahu sampai dimana hasil mengajar dan belajar siswa.
Karena itu, masing-masing guru mesti mengoreksi dengan betul.
Artinya, memberikan hak yang dikoreksi dengan tepat. Jangan sampai
zalim. Jika di dalam ruang ujian pengawasannya sudah begitu ketat,
sampai tidak ada seorang siswa pun yang dapat menyontek dan berperilaku
tidak terpuji, maka selanjutnya guru mengoreksi dengan betul dan jangan
sampai curang. Jangan sampai kurang teliti, sehingga yang betul
disalahkan dan yang salah dibetulkan. Itu bentuk ketidakjujuran. Setiap
guru mesti hati-hati dan takut dosa. Meski tidak ada orang yang tahu
selain dirinya, namun Allah SWT Maha Tahu.
Selain itu, dengan mengkoreksi seorang guru juga belajar. Guru akan
termotivasi untuk belajar. Guru tidak hanya menilai betul dan salahnya
jawaban, tetapi juga ta’bir dan uslubnya juga dinilai.
Misalnya, pelajaran Matematika, tidak hanya hasilnya saja yang dinilai
namun juga caranya atau rumusnya. Ada yang caranya betul tapi hasilnya
salah dan ada pula yang caranya salah namun hasilnya betul. Dalam
mengkoreksi Dirasah Islamiyyah yang menggunakan bahasa Arab, shihhatu ta’bir menentukan penilaian. Tidak hanya betul jawabannya saja, namun juga uslubnya diperhitungkan.
Diharapkan koreksi dapat selesai tepat dengan selesainya ujian tahriri.
Sebab koreksi pada saat ini tidak terlalu banyak. Berbeda dengan yang
lalu-lalu, dimana koreksian sangat banyak. Sekarang ini, paling banyak
guru mengkoreksi 15 bundel. Meski ditentukan waktunya namun ketelitian
harus tetap terjaga. Ketelitian ini dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi, seperti keadaan ramai dan sepi, lapang dan sempit, maupun lapar
dan kenyang. Untuk itu hendaknya setiap guru yang mengoreksi mencari
tempat-tempat yang sepi dan tenang. Karena ketenangan akan mempengaruhi
hasil atau betulnya koreksi. Jika mengoreksi sambil menonton sepak bola
di lapangan tentu konsentrasi dalam mengkoreksi akan buyar.
Apalagi di awal-awal mengoreksi harus betul-betul konsentrasi. Mengoreksi pelajaran Insya
di hari-hari pertama harus dimulai dengan pelan-pelan. Mungkin
pertama-tama mengkoreksi dalam 1 lembarnya dapat selesai 5 menit atau
lebih dari itu. Tapi jika sudah masuk lembaran ketiga, keempat dan
seterusnya akan bisa lebih cepat karena sudah hapal jawabannya.
Bagaimana mengawasi dan mengkoreksi dengan betul? Sekali lagi, harus
jujur, betul dan takut dosa. Jangan zalim meski orang lain tidak
mengetahuinya. Allah SWT Maha Tahu. Mengapa selalu kita peringatkan
hal-hal seperti ini? Karena setan-setan selalu berupaya mendekati para
guru yang mengoreksi. Setan mendekati sambil mengganggu dengan membisiki
supaya bosan, jenuh, dan sejenisnya dalam mengoreksi.
Demikian yang harus kita hadapi dalam mengoreksi. Jangan menambah dan
mengurangi nilai. Jika nilainya 3, berikan 3, dan jika nilainya 8,
berikan 8. Jangan sampai ditambah ataupun dikurangi. Ingat Pondok kita
alamnya kejujuran dan keikhlasan. Mudah-mudahan kejujuran dan keikhlasan
masih dapat terus kita tegakkan dalam Pondok ini. Sehingga, baik yang
diuji maupun yang menguji merasa puas dan tidak terzalimi. Guru merasa
puas dan murid pun merasa puas pula. Jangan sampai terjadi dan ada
ungkapan-ungkapan “Kok murid saya gak bisa dapat nilai sekian?” atau “Saya bisa menjawab, tapi kok dapat nilai sekian?”
0 komentar:
Posting Komentar